Benteng Kalamata, Saksi Peperangan Banyak Zaman

benteng kalamata saksi peperangan banyak zaman

Benteng Kalamata merupakan salah satu benteng bersejarah di Pulau Ternate.

Benteng yang memiliki nama asli Santa Lucia ini dibangun pada tahun 1540 oleh Antonio Pigafetta, seorang ilmuwan dan penjelajah asal Venesia. 

Tujuan pembangunannya tidak lain adalah sebagai basis pertahanan bangsa Portugis dan perluasan kekuasaan bangsa Spanyol. 

Asal-Usul Penamaan Kalamata

Nama Kalamata diambil dari salah satu nama pangeran dari Kesultanan Ternate, yaitu Sultan Kaicil Kalamata.

Nama Kalamata ini diambil untuk menggantikan nama Santa Lucia tatkala Kolonial Belanda menguasai benteng ini. 

Namun, sebelum Kolonial Belanda berkuasa, Benteng Kalamata telah melalui tiga kali penguasaan yaitu, oleh bangsa Portugis, Inggris dan Spanyol. 

Pendudukan Portugis di Ternate

Pada tahun 1575, terjadi peperangan antara bangsa Portugis dengan Kesultanan Ternate di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah. 

Peperangan ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di antaranya adalah adanya permintaan bangsa Portugis kepada Sultan Tabariji untuk mengakui agama Kristen sebagai agama resmi kesultanan.

Bangsa Portugis juga memaksa Sultan Tabariji untuk menganut agama Kristen.

Selain itu, bangsa Portugis juga memaksa Sultan Tabariji untuk mengakui Kesultanan Ternate sebagai bagian dari Kerajaan Portugis.

Kemudian, bangsa Portugsi meminta wilayah Ambon, Buru dan Seram, untuk diserahkan kepada bangsa Portugis.

Hal tersebut membuat para pembesar Kesultanan Ternate geram dan rakyat Ternate kecewa.

Di bawah pimpinan Sultan Khairun yang kemudian dilanjutkan oleh Sultan Baabullah, pecahlah peperangan antaran Kesultanan Ternate melawan bangsa Portugis.

Peperangan antara bangsa Portugis dengan Kesultanan Ternate berlangsung cukup sengit.

Karena kekuatan dan ketangguhan pasukan dari Kesultanan Ternate, peperangan inipun berhasil dimenangkan oleh pihak Kesultanan Ternate. 

Kemenangan tersebut berhasil memukul mundur bangsa Portugis dari Pulau Ternate.

Beberapa pasukan bangsa Portugis perlahan ditarik untuk meninggalkan Pulau Ternate.

Pendudukan Spanyol di Ternate

Sayangnya, kemenangan dan rasa merdeka Kesultanan Ternate tak dapat bertahan lama, lantaran bangsa Spanyol berhasil memanfaatkan kekalahan bangsa Portugis dengan mengambil alih Benteng Kalamata.

Benteng ini kemudian dijadikan basis pertahanan dan pusat perdagangan bangsa Spanyol.

Sejak saat itulah bangsa Spanyol mulai memainkan monopoli perdagangan di Ternate. 

Namun naas, pendudukan bangsa Spanyol tidak dapat bertahan lama, sebab Kolonial Belanda mulai memasuki Pulau Ternate. 

Kedatangan Kolonial Belanda merupakan ancaman besar bagi bangsa Spanyol.

Mereka memiliki tujuan yang sama dan keduanya terlibat persaingan dagang.

Karena itulah, akhirnya pecah peperangan antara bangsa Spanyol dan Kolonial Belanda.

Selama peperangan berlangsung, Benteng Kalamata dikuasai secara bergantian, baik oleh bangsa Spanyol maupun Kolonial Belanda.

Peperangan pun berakhir dengan kemenangan di pihak Kolonial Belanda.

Hal ini menandai dimulainya pendudukan Kolonial Belanda di Ternate. 

Pendudukan Kolonial Belanda

Kolonial Belanda aktif menggunakan benteng ini hingga tahun 1810, kemudian, pada tahun 1848, Benteng Kalamata dikosongkan oleh Residen Van Helback.

Benteng yang dibangun dengan arsitektur khas bangunan Portugis ini berbentuk segi empat tidak beraturan dengan empat bastion yang diletakkan pada setiap sudut. 

Bastion atau selekoh merupakan sudut-sudut yang dibangun agak menjorok keluar dan diletakkan pada setiap bangunan benteng yang menghadap empat arah mata angin. 

Setiap bastion memiliki sisi lancip yang dilengkapi dengan senjata artileri. 

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah RI mulai menaruh perhatian terhadap Benteng Kalamata.

Benteng bersejarah ini dipugar dan direnovasi pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 1997. 

Tahun 2005, pemerintah daerah Ternate menambahkan bangunan rumah jaga dan menambahkan halaman pada benteng ini.

Kini, Benteng Kalamata dijadikan sebagai tempat wisata edukasi sejarah dan budaya. 

Post a Comment for "Benteng Kalamata, Saksi Peperangan Banyak Zaman"