Benteng Fort Willem I, Saksi Kekejaman Belanda di Ambarawa

benteng fort willem i, saksi kekejaman belanda di ambarawa

Benteng Fort Willem I merupakan benteng peninggalan Belanda yang terletak di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. 

Benteng Fort Willem I lebih populer dengan sebutan Benteng Pendem Ambarawa, lantaran ada salah satu ruangan yang letaknya terpendam di bawah tanah. 

Konon, ruang terpendam ini adalah penjara yang telah disiapkan Belanda bagi para tawanan politik dan anak-anak.

Para tawanan ini mendapat perlakuan kurang manusiawi, sehingga banyak yang tewas dalam tahanan. 

Mereka yang telah tiada ini dapat dilihat makamnya yang terletak di luar kompleks benteng.

Latar Belakang Pembangunan Benteng Fort Willem I

Benteng Fort Willem I dibangun sebagai jalur strategis yang menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta serta gedung militer para anggota KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger).

Benteng ini dibangun pada tahun 1834 atas prakarsa Kolonel Hoorn.

Pemerintah Belanda melakukan persiapan matang dan merencanakan dengan detil pembangunan benteng ini. 

Asrama para tentara dan pemukiman untuk para pekerja dengan kapasitas 4.500 orang didirikan di dekat lokasi pembangunan benteng. 

Proses pembangunan benteng melibatkan banyak pihak, mulai dari insinyur pasukan militer, pengawas lapangan, 3.000 pekerja pribumi dan beberapa tahanan yang turut dipekerjakan secara paksa. 

Tatkala pembangunan tengah berlangsung, banyak pekerja yang mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, sehingga menyebabkan beberapa di antara mereka berakhir mengenaskan. 

Pembangunan Benteng Fort Willem I memakan waktu yang cukup lama, benteng ini baru benar-benar selesai dibangun pada tahun 1845. 

Benteng ini diberi nama Fort Willem I, yang diambil dari nama Raja Belanda, yaitu Willem Frederik Prins Vans Oranje-Nassau.

Benteng Fort Willem I Sebagai Basis Pertahanan dan Logistik

Pada awal pembangunannya, Benteng Fort Willem I memang difungsikan sebagai benteng penghubung militer Belanda.

Seiring berjalannya waktu, benteng ini juga difungsikan sebagai basis pertahanan Belanda.

Hal ini dapat dilihat dari adanya asrama militer, penjara, gudang logistik dan persenjataan, mulai dari meriam, senapan, kendaraan berat, dan bahan makanan. 

Tahun 1865, Benteng Fort Willem I turut terdampak gempa yang mengakibatkan beberapa bagian bangunan runtuh.

Kemudian, pada tahun 1927, benteng ini dialihfungsikan sebagai penjara bagi tahanan politik Belanda. 

Benteng Fort Willem I Sebagai Ruang Tahanan

Pasca pendudukan Jepang di Indonesia, benteng Fort Willem I digunakan sebagai kamp militer tentara Jepang. 

Banyak tawanan yang berasal dari orang-orang Belanda sendiri dan beberapa pribumi yang dicurigai membangkang kepada Jepang.

Konon, banyak perlakuan mengerikan yang diterima para tawanan, tak heran apabila banyak dari mereka yang berakhir mengenaskan. 

Karena itulah, sampai saat ini banyak kisah menyeramkan yang menyelimuti benteng ini.

Pasca Indonesia merdeka, Benteng Fort Willem I digunakan untuk kepentingan militer dan penjara untuk orang dewasa, anak-anak, hingga tahanan kelas IIB. 

Pada tahun 2003, terdapat aturan yang mengubah fungsi benteng ini, yaitu sebagai bangunan Lapas (Lembaga Permasyarakatan) kelas II A Ambarawa.

Struktur Bangunan Benteng Fort Willem I

Bangunan Benteng Fort Willem I berada di area militer, Lapas dan pemukiman penduduk.

Bagian utara benteng ini merupakan area yang bebas dikunjungi oleh para wisatawan.

Benteng Fort Willem I berbentuk bujur sangkar, terdapat beberapa bangunan induk di setiap sudut arah mata angin.

Bangunan benteng yang terdiri dari dua lantai ini dilengkapi pintu-pintu berbentuk lengkungan dan jendela-jendela khas Belanda. 

Material utama bangunan benteng tersebut berasal dari batu bata merah yang kini perlahan lapuk dimakan usia. 

Post a Comment for "Benteng Fort Willem I, Saksi Kekejaman Belanda di Ambarawa"