Mbah Abdul Wahid

mbah abdul wahid

Mbah Abdul Wahid merupakan kakek buyut KH. Abdurrahman Wahid, Mantan Presiden RI ke-4.

Pada umumnya, keluarga besar KH. Abdurrahman Wahid memiliki peristirahatan terakhir di kompleks Pesantren Tebu Ireng.

Namun siapa sangka jika kakek buyut KH. Abdurrahman Wahid justru dimakamkan di lokasi yang berbeda, yaitu di Desa Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. 

Lantas, mengapa lokasi pemakamannya ada disana? Apakah Almarhum Mbah Abdul Wahid pernah tinggal dan menetap di kota ini?

Sosok Mbah Abdul Wahid Sebagai Intelegen

Berdasarkan tutur lisan masyarakat setempat, Mbah Abdul Wahid merupakan telik sandi atau mata-mata pasukan Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang ditugaskan untuk memantau pergerakan pasukan Kolonial Belanda. 

Tugas ini bermula dari firasat Pangeran Diponegoro atas penangkapannya oleh Kolonial Belanda.

Dalam peperangan, memang Kolonial Belanda dikenal licik dan lihai menggunakan strategi. 

Ketika Perang Diponegoro tengah berlangsung, Kolonial Belanda memanggil Pangeran Diponegoro untuk melakukan perjanjian damai.

Pangeran Diponegoro pun menerima tawaran itu dan menghadap kepada Kolonial Belanda.

Namun, perjanjian damai yang ditawarkan hanyalah tipu daya belaka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan. 

Kembali lagi ke firasat Pangeran Diponegoro. Sebelum ditangkap, Pangeran Diponegoro sempat berpesan kepada pasukannya yang notabene para santri bahwa apabila Pangeran Diponegoro tidak kembali pasca perundingan, maka seluruh pasukannya diminta kembali ke rumah masing-masing dan diminta menanam pohon sawo di halaman rumah mereka, di mushola maupun masjid. 

Penanaman pohon sawo ini dimaksudkan sebagai simbol bahwa penghuni rumah merupakan murid ataupun bagian dari pasukan Pangeran Diponegoro.

Di Salatiga, terdapat dua masjid tua, yaitu Masjid Sabilul Muttaqin dan Masjid Al Fudhola. Dahulu, di halaman kedua masjid tersebut ditanami pohon sawo.

Hal ini berkaitan dengan salah satu khatib dari masjid tersebut yang dapat dipastikan sebagai bagian dari pasukan Pangeran Diponegoro, yaitu Mbah Kiai Adnan. 

Menurut sesepuh wilayah ini, Mbah Kiai Adnan kembali ke Desa Tingkir Lor dengan mengajak Mbah Abdul Wahid untuk menetap bersamanya.

Karena itulah, ketika Mbah Abdul Wahid wafat pun dimakamkan di Desa Tingkir Lor. 

Post a Comment for "Mbah Abdul Wahid"